Nir Judul

Nir Judul

Senja kelabu terpotret begitu jelas dalam dua bola mataku. Gerimis hujan berirama menyanyikan satu melodi yang hanya mampu dipahami hati, jauh dari ide-ide pencerahan yang selalu dan melulu mendasarkan diri pada kebenaran rasional. Dari kaca jendela itu, kulihat bagaimana gerimis menakut-nakuti seorang wanita yang pulang dari kantor, terlihat terancam oleh kedatangan rintik-rintik gerimis itu; seolah-olah mereka menggoda dengan sentilan-sentilan pada rambutnya yang panjang, pada pipinya yang selalu membuat iri dan bahan gunjingan teman-teman kantornya.
[designstutorial.com]
[Kebon Jeruk, Jakarta Barat]
12 Februari 2005
airdara

0 Response to "Nir Judul"

Poems • ReflectionsStoriesCrumbsContact
free hit counters