Menulis

Menulis

Pena terus menggores
Titiktitik tinta berhamburan lepas
Kadang membentuk rumpun yang dapat terbaca
Kadang tercecer begitu saja tanpa makna

Goresan pena harusnya menggores hati
Sedari dulu hingga sekarang
Tak hentihentinya hati tergores
Tidak oleh pena atau pucuk bertintanya
Tetapi oleh ceceran tinta di sudutsudut kertas

Bertahuntahun tumpukan demi tumpukan tergolek lesu
Hari demi hari berlalu dengan tumpukan baru
Warna kertas pun tak kunjung berubah
Antara putih hitam atau putih biru
Selalu menyuarakan kehitaman dan kebiruan

Sajaksajak pujangga amatir terserak
Bongkahbongkah tulisan tak bergeming
Menanti teman sederet puisi baru

Barisbaris tak juga berbelok arah
Statis dengan kelurusannya
Meski pena menari bebas tanpa arah
Bercengkerama mesra dengan jarijari yang lelah
[Adakah secercah harap untuk tulisan ini ?
Maukah orang membacanya
Dan merenungi tulisan tentang menulis ?]
[www.wired.co.uk]
Syalom Bandungan
Ambarawa, Jawa Tengah
19 Juli 2005
airdara

0 Response to "Menulis"

Poems • ReflectionsStoriesCrumbsContact
free hit counters