Waktu Dalam Dialogue
waktu.......
adalah sesuatu yang lekat.
setiap orang pasti melekat pada suatu kejadian,
entah menyedihkan atau menggembirakan di masa lalu yang tak mungkin berubah.
karena ia berada pada passe compose, maka ia mengabadi.
demikian pula saya, sendirian melekat pada suatu waktu.
sendirian...
waktu......
apakah benar dia sungguh lekat?
mungkin yang kau ungkapkan benar,
tapi mungkin juga belum tentu.
aku tahu engkau bilang apa
kau bilang bahwa orang tak bisa elakan waktu.
ya, yakinimu itu juga yakiniku.
tapi tunggulah barang sejenak....
masa lalu yang terang atau yang gelap
bukanlah serta merta lekat dengan kita bukan?
aku punya masa lalu, begitupun kau!
apakah masa itu mesti melekat padaku atau padamu?
kurasa tidak sesederhana itu,
begitupun adanya lekat-lekat itu......
waktu memang lekat dengan tiap orang,
itu yakinimu yang juga yakiniku,
tapi masa lalu yang berisi apapun itu,
tidakkah itu hal yang lain dari waktuku dan waktumu?
ataukah sendirimu belum terjawab dengan sendirinya waktu,
sepi tanpa teman setia dan hampa selalu diabaikan orang.
sendiriku mulai melihat
kapan aku harus bersama isi waktuku,
kapan aku tidak harus bersamanya,
dan bagaimana dia sebaiknya kurangkai.
ya memang, aku sendirian merenunginya!
waktu adalah seekor kupu-kupu
yang bermetamorfosa dari ulat
lalu mengepompong
dan menjadi aku, kau, juga dia...
ulat dan kepompong lekat pada kupu-kupu
waktu adalah sesuatu yang lekat
bagai buih air laut pada pantai
saat itu pasir yang beribu bulir dinamakan pantai
ketika pasir dikeruk untuk dijadikan bahan bangunan,
akankah dia disebut pantai?
bukankah pantai selalu lekat pada buih lautan, sayang?
ketika kita tercerawut dari kesejarahan kita,
akan dinamakan apa kita, sayang?
apakah aku tetap aku?
dan kau tetap kau?
waktu adalah keniscayaan
dia ada tanpa harus menjadi.
dia ada bukan karena tiada berakhir.
apakah aku atau juga kau kenal dia?
kurasa dialah yang mengenal kita,
bukan sebagai ulat,
bukan sebagai kepongpong,
bukan juga kupu-kupu,
tapi sebagai aku dan kau.
dan, boleh jadi,
aku disebut aku
kau disebut kau
dia disebut dia
lalu siapa yang menyebutkan
bahwa aku, kau dan dia disebut?
keniscayaan itulah yang akan setia memanggil
kau sebagai kau
aku sebagai aku.
bukankah kau juga setia memanggil
anjingmu sebagaimana kau namakan dia?
meski nama akan hilang sebagai nama,
niscayanya akan setia memanggil.
kaulihatkah dia?
detik lalu, juga detik ini
aku melihat dia tertawa;
boleh jadi detik nanti,
insyaallah,
kau akan melihatnya....
Waktu adalah proses
bagai janin yang terbentuk dalam rahim ibu
minggu pertama, kedua, ketiga.....
Waktu bukanlah keniscayaan
karena ia berdurasi
dari tiada menjadi ada
dari kosong menjadi terisi
dari cinta menjadi benci
Siapa yang dapat menafikan itu, sayang?
where do we go: nobody knows...
adalah sesuatu yang lekat.
setiap orang pasti melekat pada suatu kejadian,
entah menyedihkan atau menggembirakan di masa lalu yang tak mungkin berubah.
karena ia berada pada passe compose, maka ia mengabadi.
demikian pula saya, sendirian melekat pada suatu waktu.
sendirian...
waktu......
apakah benar dia sungguh lekat?
mungkin yang kau ungkapkan benar,
tapi mungkin juga belum tentu.
aku tahu engkau bilang apa
kau bilang bahwa orang tak bisa elakan waktu.
ya, yakinimu itu juga yakiniku.
tapi tunggulah barang sejenak....
masa lalu yang terang atau yang gelap
bukanlah serta merta lekat dengan kita bukan?
aku punya masa lalu, begitupun kau!
apakah masa itu mesti melekat padaku atau padamu?
kurasa tidak sesederhana itu,
begitupun adanya lekat-lekat itu......
waktu memang lekat dengan tiap orang,
itu yakinimu yang juga yakiniku,
tapi masa lalu yang berisi apapun itu,
tidakkah itu hal yang lain dari waktuku dan waktumu?
ataukah sendirimu belum terjawab dengan sendirinya waktu,
sepi tanpa teman setia dan hampa selalu diabaikan orang.
sendiriku mulai melihat
kapan aku harus bersama isi waktuku,
kapan aku tidak harus bersamanya,
dan bagaimana dia sebaiknya kurangkai.
ya memang, aku sendirian merenunginya!
waktu adalah seekor kupu-kupu
yang bermetamorfosa dari ulat
lalu mengepompong
dan menjadi aku, kau, juga dia...
ulat dan kepompong lekat pada kupu-kupu
waktu adalah sesuatu yang lekat
bagai buih air laut pada pantai
saat itu pasir yang beribu bulir dinamakan pantai
ketika pasir dikeruk untuk dijadikan bahan bangunan,
akankah dia disebut pantai?
bukankah pantai selalu lekat pada buih lautan, sayang?
ketika kita tercerawut dari kesejarahan kita,
akan dinamakan apa kita, sayang?
apakah aku tetap aku?
dan kau tetap kau?
waktu adalah keniscayaan
dia ada tanpa harus menjadi.
dia ada bukan karena tiada berakhir.
apakah aku atau juga kau kenal dia?
kurasa dialah yang mengenal kita,
bukan sebagai ulat,
bukan sebagai kepongpong,
bukan juga kupu-kupu,
tapi sebagai aku dan kau.
dan, boleh jadi,
aku disebut aku
kau disebut kau
dia disebut dia
lalu siapa yang menyebutkan
bahwa aku, kau dan dia disebut?
keniscayaan itulah yang akan setia memanggil
kau sebagai kau
aku sebagai aku.
bukankah kau juga setia memanggil
anjingmu sebagaimana kau namakan dia?
meski nama akan hilang sebagai nama,
niscayanya akan setia memanggil.
kaulihatkah dia?
detik lalu, juga detik ini
aku melihat dia tertawa;
boleh jadi detik nanti,
insyaallah,
kau akan melihatnya....
Waktu adalah proses
bagai janin yang terbentuk dalam rahim ibu
minggu pertama, kedua, ketiga.....
Waktu bukanlah keniscayaan
karena ia berdurasi
dari tiada menjadi ada
dari kosong menjadi terisi
dari cinta menjadi benci
Siapa yang dapat menafikan itu, sayang?
where do we go: nobody knows...
[agoengdegandjoeran_onjakartanightfall] |
Salemba, Jakarta Pusat
Medio Fevrier 2005
airdara et lapine
Medio Fevrier 2005
airdara et lapine
0 Response to "Waktu Dalam Dialogue"
Posting Komentar