Dingin

Dingin

Sore ini,
jam lima limapuluh lima,
teriakan membangunkanku.
Semesta menyapa lembut dalam kedinginan sore ini.
Jarijari begitu sulit digerakkan.
Kulit segera keriput,
    tak mau menahan diri untuk tetap ceria.
Rambut segera kumal,
tak tersisir.
Dan,
Asap dari mulut dan hidung,
keluar bersamaan saat bernafas.
Kutanya berapa suhu saat ini?
Orang itu pun menjawab: “Minus lima!”
Mengapa harus angka lima untuk dingin ini?
Tidak bisakah satu;
atau dua saja?

Bertanya pun tak mengubah kondisi.
Tetapi,
mengapa harus lima?
Sampai sore ini,
tak seorang pun dapat menjelaskannya padaku.

Pelanpelan,
ternyata dingin bermerk “minus lima” itu
    bercerita penuh kehangatan dalam hatiku.
Dia mengajakku berpikir tentang seseorang.
Dia membawaku berandai di dunia seberang.
Dia memberiku kesan pada saat itu.

Akhirnya,
dia memelukku eraterat,
menggenggam tanganku sampai tak terasa lagi.
Rasa memang tak ada di tangan.
Kau tahu,
bahwa rasa ada di hati?
Jika saat ini rasaku dingin,
belum tentu tangan ini mengalaminya.
Fakta “given” yang membawa dingin,
ternyata,
memberi kehangatan padaku.
Mengapa?
    Membuatku berpikir tentang seseorang.
    Membuatku berandai di dunia seberang.
    Memberi kesan pada fakta “given” itu.
    Dan, memelukku dengan kasih yang tak kupahami.

Tak terasa
bahwa rokok pun tak kuat menahan hawa dingin.
Lalu, apa yang kuat menahannya?
Jaket tebal?
Pakaian rangkap?
Long john?
Atau apa??

Rasanya, aku harus mengajakmu kembali ke angka lima.
“LI…MA…” –“LIhatlah MAnusia!”
Dia sama dengan dingin: “Fakta given”.   
Tetapi, juga dapat menerima,
atau mengeluh,
dan mampu menolak,
meski tidak mengubah.
Namun,
rupanya, dingin ini mengubah hati menjadi hangat,
dan manusia melihat kemungkinan kehangatan itu.

Meski lima tinggal tetap sebagai lima,
dingin tinggal tetap sebagai dingin,
tapi hati akan terus berubah,
tanpa mau kompromi dengan dingin atau sangat dingin.

Dinginnya udara masih terukur.
Dinginnya hati, siapa tahu?
Jangan beranjak berpikir tentang dingin dulu,
karena satu hal yang belum terungkap,
yaitu: mengapa dingin ini menghangatkan hati,
    dan hati yang hangat ini,
    seolaholah, membuat dingin menjadi tak terasa sebagai dingin.
Meski begitu,
aku tak kuasa mengubah dingin yang ada.
Aku hanya kuasa mengubah dinginnya hati.
Dan,
ketika dingin menjadi panas,
atau panas menjadi dingin,
apakah orang harus berubah,
ataukah,
itu adalah fakta yang given?
Janganlah dijawab dulu,
sebelum kamu tahu sungguh: apa artinya dingin itu bagimu?
[futuku.info]
Seoul, Korea Selatan
23 Desember 2004
airdara

0 Response to "Dingin"

Poems • ReflectionsStoriesCrumbsContact
free hit counters