Udara (3)

Udara (3)

Selamat malam, kasih
Getarmu terasa tusuki tulangku
Rindumu basuh raga merana
Hadirmu sayup di antara rantingranting
Tapi sapamu bisu tak tercerap

Kemarilah
Peluk aku
Dekap aku
Cium aku
Lumat tubuhku
Jangan ragu
Kuingini kau
    Kelilingiku

Dayamu datang tersipu
Seolah ingini tidakmu

Tasbihku bergoyang
Kala kaudatang
Diriku mengerang
Kala kauterbang
    Terbang
    Melayang
    Hilang
    Diamuk malammalam jalang

Terbanglah sesuka hatimu
Caci diriku
Robek dagingku
Remuk tulangku
Tusuk jantungku
Hantam tengkorakku
Sayati kulitku
Ludahi mukaku
Biar kusadar
    Luluhlantakkan hatimu
Biar kaupuas
    Miliki kebebasanmu

Bernyanyilah lagu kesayanganmu
Gandeng jiwa pujaanmu
Mantabkan hatimu
    Peluki fana rasa itu
    Minumi manis sari bahagiaku
    Kecap darah segarku
Biar kuterbahak merah berpeluh
    gumami hojathojat pada allah
Buat merdeka hatimu
Jangan menangis
    Tangis itu milikiku
Jangan sedih
    Duka itu teman baruku
Jangan lukai dirimu
    Borok itu makananku
        Saat kepakmu kian tinggi
            Lari ke langit abadi
Bahagialah
    Bahagiaku telah kukirim untukmu

Udara, letakkan bebanmu
Tenggerkan rindurindu asamu
Katupkan lentik kelopakmu
Mentarimu esok menanti
Aku masih akan bercakap dengan malam
    Menunggu bulan berkabung
        ditelan mendung
[Kapan « akhir » itu nyata ?]
[windandwaterenergy.blogspot.com]
Kebon Nanas Selatan, Jakarta Timur
16 Agustus 2007
airdara

0 Response to "Udara (3)"

Poems • ReflectionsStoriesCrumbsContact
free hit counters