Udara (3)
Selamat malam, kasih
Getarmu terasa tusuki tulangku
Rindumu basuh raga merana
Hadirmu sayup di antara rantingranting
Tapi sapamu bisu tak tercerap
Kemarilah
Peluk aku
Dekap aku
Cium aku
Lumat tubuhku
Jangan ragu
Kuingini kau
Kelilingiku
Dayamu datang tersipu
Seolah ingini tidakmu
Tasbihku bergoyang
Kala kaudatang
Diriku mengerang
Kala kauterbang
Terbang
Melayang
Hilang
Diamuk malammalam jalang
Terbanglah sesuka hatimu
Caci diriku
Robek dagingku
Remuk tulangku
Tusuk jantungku
Hantam tengkorakku
Sayati kulitku
Ludahi mukaku
Biar kusadar
Luluhlantakkan hatimu
Biar kaupuas
Miliki kebebasanmu
Bernyanyilah lagu kesayanganmu
Gandeng jiwa pujaanmu
Mantabkan hatimu
Peluki fana rasa itu
Minumi manis sari bahagiaku
Kecap darah segarku
Biar kuterbahak merah berpeluh
gumami hojathojat pada allah
Buat merdeka hatimu
Jangan menangis
Tangis itu milikiku
Jangan sedih
Duka itu teman baruku
Jangan lukai dirimu
Borok itu makananku
Saat kepakmu kian tinggi
Lari ke langit abadi
Bahagialah
Bahagiaku telah kukirim untukmu
Udara, letakkan bebanmu
Tenggerkan rindurindu asamu
Katupkan lentik kelopakmu
Mentarimu esok menanti
Aku masih akan bercakap dengan malam
Menunggu bulan berkabung
ditelan mendung
[Kapan « akhir » itu nyata ?]
Getarmu terasa tusuki tulangku
Rindumu basuh raga merana
Hadirmu sayup di antara rantingranting
Tapi sapamu bisu tak tercerap
Kemarilah
Peluk aku
Dekap aku
Cium aku
Lumat tubuhku
Jangan ragu
Kuingini kau
Kelilingiku
Dayamu datang tersipu
Seolah ingini tidakmu
Tasbihku bergoyang
Kala kaudatang
Diriku mengerang
Kala kauterbang
Terbang
Melayang
Hilang
Diamuk malammalam jalang
Terbanglah sesuka hatimu
Caci diriku
Robek dagingku
Remuk tulangku
Tusuk jantungku
Hantam tengkorakku
Sayati kulitku
Ludahi mukaku
Biar kusadar
Luluhlantakkan hatimu
Biar kaupuas
Miliki kebebasanmu
Bernyanyilah lagu kesayanganmu
Gandeng jiwa pujaanmu
Mantabkan hatimu
Peluki fana rasa itu
Minumi manis sari bahagiaku
Kecap darah segarku
Biar kuterbahak merah berpeluh
gumami hojathojat pada allah
Buat merdeka hatimu
Jangan menangis
Tangis itu milikiku
Jangan sedih
Duka itu teman baruku
Jangan lukai dirimu
Borok itu makananku
Saat kepakmu kian tinggi
Lari ke langit abadi
Bahagialah
Bahagiaku telah kukirim untukmu
Udara, letakkan bebanmu
Tenggerkan rindurindu asamu
Katupkan lentik kelopakmu
Mentarimu esok menanti
Aku masih akan bercakap dengan malam
Menunggu bulan berkabung
ditelan mendung
[Kapan « akhir » itu nyata ?]
[windandwaterenergy.blogspot.com] |
Kebon Nanas Selatan, Jakarta Timur
16 Agustus 2007
airdara
16 Agustus 2007
airdara
0 Response to "Udara (3)"
Posting Komentar